PEMERIKSAAN
SISTEM MOTORIK PENGERTIAN
Segala aktifitas
susunan saraf pusat yang dilihat, didengar dan direkam dan yang diperiksa
adalah berwujud gerak otot. Otot-otot skeletal dan neuronneuron yang menyusun
susunan neuromuskular voluntar adalah sistem yang mengurus dan sekaligus
melaksanakan gerakan yang dikendalikan oleh kemauan. Sebagian besar manifestasi
kelainan saraf bermanifestasi dalam gangguan gerak otot. Manifestasi obyektif
inilah yang merupakan bukti nyata adanya suatu kelainan atau penyakit. DASAR
TEORI Secara anatomi sistem yang menyusun pergerakan neuromuskular tersebut
terdiri atas unsur saraf yang terdiri dari (1) Neuron tingkat atas atau ‘upper
motor neuron (UMN)’ (2) Neuron tingkat bawah atau ‘lower motor neuron (LMN)’
dan unsur muskul/otot yang merupakan pelaksana corag gerakan yang terdiri dari
(3) Alat penghubung antara saraf dan unsur otot ‘motor end plate’ dan (4) Otot.
Gaya saraf yang disalurkan melalui lintasan-lintasan neuronal adalah potensial
aksi, yang sejak dulu dijuluki impuls dan tidak lain berarti pesan. Dan impuls
yang disampaikan tersebut menghasilkan gerak otot yang kita sebut impuls
motorik. Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik ke LMN tergolong ke dalam
kelompok UMN. Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik, kelompok UMN
dibagi ke dalam susunan saraf pyramidal dan susunan saraf ekstrapyramidal.
Sindrom upper motor neuron dijumpai jika terdapat kerusakan pada sistem saraf
pyramidal dan memiliki gejala berupa lumpuh, hipertoni, hiperrefleks, dan
klonus serta dapat ditemukan adanya refleks patologis. Sementara sindrom lower
motor neuron didapatkan jika terdapat kerusakan pada neuron motorik, neuraksis
neuron motorik (misalnya saraf spinal, pleksus, saraf perifer, myoneural
junction dan otot. Gejalanya berupa lumpuh, atoni, atrofi dan arefleksia.
Kelumpuhan bukanlah merupakan suatu gejala yang harus ada pada tiap gangguan
gerak. Pada gangguan gerak oleh kelainan di sistem ekstrapiramidal dan
serebellar, kita tidak mendapatkan kelumpuhan. Pada gangguan sistem ekstrapiramidal
didapatkan gangguan pada tonus otot, gerakan otot abnormal yang tidak dapat
dikendalikan, gangguan pada kelancaran otot volunteer dan gangguan gerak otot
asosiatif. Gangguan pada serebelum mengakibatkan gangguan gerak berupa gangguan
sikap dan tonus. Selain itu juga terjadi ataksia, dismetria, dan tremor
intensi. Tiga fungsi penting dari serebelum ialah 6 keseimbangan, pengatur
tonus otot, dan pengelola serta pengkoordinasi gerakan volunteer.
DASAR TEORI
Refleks neurologik bergantung pada suatu lengkungan (lengkung refleks) yang
terdiri atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang
mengaktifasi organ efektor, serta hubungan antara kedua komponen ini. Bila
lengkung ini rusak maka refleks akan hilang. Selain lengkungan tadi didapatkan
pula hubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya
memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat-pusat yang lebih
tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan
dengan pusat yang lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan pada
sistem piramidal, hal ini akan mengakibatkan refleks meninggi. Bila
dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan
sensibilitas, maka pemeriksaan refleks kurang bergantung kepada kooperasi
pasien. Ia dapat dilakukan pada orang yang kesadarannya menurun, bayi, anak,
orang yang rendah inteligensinya dan orang yang gelisah. Dalam sehari-hari kita
biasanya memeriksa 2 macam refleks fisiologis yaitu refleks dalam dan releks
superfisial. Refleks dalam (refleks regang otot) Refleks dalam timbul oleh
regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan, dan sebagai jawabannya maka otot
berkontraksi. Refleks dalam juga dinamai refleks regang otot (muscle stretch
reflex). Nama lain bagi refleks dalam ini ialah refleks tendon, refleks
periosteal, refleks miotatik dan refleks fisiologis. Refleks superfisialis
Refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan
berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya. Jadi bukan karena
teregangnya otot seperti pada refleks dalam. Salah satu contohnya adalah
refleks dinding perut superfisialis (refleks abdominal). Tingkat jawaban
refleks Jawaban refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat yaitu :
- (negatif) :
tidak ada refleks sama sekali
- ± : kurang
jawaban, jawaban lemah 10
- + : jawaban
normal
- ++ : jawaban
berlebih, refleks meningkat
Refleks adalah
setiap respons yang terjadi secara otomatis tanpa upaya sadar. Terdapat dua
jenis refleks : (1) refleks sederhana, atau dasar, yaitu respons inheren,tanpa
dipelajari, misalnya menarik tangan dari benda panas yang membakar; dan (2)
refleks didapat atau terkondisi, yang terjadi karena latihan dan belajar,
misalnya seorang pemain piano yang menekan tuts tertentu setelah melihat sebuah
lambang nada di buku lagunya. Musisi tersebut membaca musik dan memainkannya
secara otomatis, namun hanya setelah latihan yang cukup intens.
Lengkung Refleks
Jalur-jalur saraf
yang terlibat dalam melaksanakan aktivitas refleks dikenal sebagai lengkung
refleks ( arkus refleks ), yang biasanya mencakup lima komponen dasar:
1.
Reseptor
2.
Jalur
aferen
3.
Pusat
integrasi
4.
Jalur
eferen
5.
Efektor
Reseptor
berespons terhadap rangsangan, yaitu perubahan fisik atau kimiawi dalam
lingkungan reseptor yang dapat dideteksi. Sebagai respons terhadap rangsangan
tersebut, reseptor menghasilkan potensial aksi yang dipancarkan oleh jalur
aferen ke pusat integrasi untuk diolah. Pusat integrasi biasanya adalah di SSP.
Medula spinalis dan batang otak mengintegrasikan refleks-refleks dasar,
sementara pusat-pusat yang lebih tinggi di otak memproses refleks didapat.
Pusat integrasi memproses semua informasi yang tersedia baginya dari reseptor
ini serta dari semua masukan lain, kemudian “mengambil keputusan” mengenai
respons yang sesuai. Instruksi dari pusat integrasi ini disalurkan melalui
jalur eferen ke efektor-otot atau kelenjar-kelenjar yang melaknsanakan respons
yang diinginkan. Tidak seperti perilaku sadar, di mana terdapat sejumlah
kemungkinan respons, respons refleks dapat diprediksi, karena jalur antara
reseptor dan efektor selalu sama.
Refleks Lucut
Refleks spinal
dasar adalah refleks yang diintegrasikan oleh medula spinalis; yaitu, semua
komponen yang diperlukan untuk menghubungkan masukan aferen ke respon eferen
yang terdapat di dalam medula spinalis. Refleks lucut dapat digunakan untuk
menggambarkan suatu refleks spinal dasar. Ketika seseorang menyuruh kompor
panas ( atau menerima rangsangan nyeri lainnya ) maka refleks lucut terpicu
untuk menarik tangan menjauhi kompor ( menarik diri dari rangsangan nyeri ).
Kulit memiliki berbagai reseptor untuk rasa hangat, dingin, sentuhan ringan,
tekanan, dan nyeri. Meskipun semua informasi dikirim ke SSP melalui potensial
aksi, namun SSP dapat membedakan antara berbagai rangsangan karena perbedaan
reseptor dan, dengan demikian, perbedaan jalur aferen yang diaktifkan oleh
rangsangan yang berbeda. Jika suatu reseptor dirangsang cukup kuat sehingga
reseptor tersebut mencapai ambang, maka terbentuk potensial aksi di neuron
sensorik aferen. Semakin kuat rangsangan, semakin tinggi frekuensi potensial
aksi yang dihasilakn dan dikirim ke SSP. Setelah masuk ke medula spinalis,
neuron eferen menyebar untuk bersinaps dengan berbagai antarneuron berikut:
1.
Neuron
aferen yang tereksitasi merangsang antarneuron eksitatorik yang pada gilirannya
merangsang neuron motorik eferen yang menyarafi biseps, otot di lengan yang
menyebabkan fleksi (menekuk) sendi siku. Dengan berkontraksi, biseps menarik
tangan menjauhi kompor panas.
2.
Neuron
aferen juga merangsang antarneuron inhibitorik yang pada gilirannya menghambat
neuron eferen yang menyarafi trisep untuk mencegahnya berkontraksi. Trisep
adalah otot dilengan yang menyebabkan ekstensi (meluruskan) sendi siku. Ketika
biseps berkontraksi untuk menekuk siku, makan akan kontraproduktif bag triseps
untuk berkontraksi. Karena itu, inhibisi otot-otot yang mengantagonis (melawan)
respons yang diinginkan sudah tercakup dalam refleks lucut. Koneksi neuron yang
melibatkan stimulasi saraf ke suatu oto dan inhibisi saraf secara bersamaan ke
otot antagonisnya ini dikenal sebagai persarafan timbal-balik.
3.
Neuron
aferen juga merangsang antarneuron lain yang membawa sinyal naik melalui medula
spinalis ke otak melalui jalur asendens. Hanya ketika impuls mencapai daerah
sensorikk korteks barulah yang bersangkutan merasakan nyeri,lokasinya, dan
jenis rangsangan. Juga, ketika impuls mencapai otak, informasi dapat disimpan
sebagai ingatan, dan yang bersangkutan dapat mulai memikirkan situasi yang
dihadapinya – bagaimana hal tersebut terjadi, apa yang harus dilakukan mengenai
hal tersebut, dan sebagainya. Semua aktivitas di tingkat sadar ini terletak di
atas dan setelah refleks dasar.
Seperti ciri
semua refleks spinal, otak dapat memodifikasi reflek lucut. Impuls dapat
dikirim turun melalui jalur-jalur desendens ke neuron motorik eferen menyarafi
otot-otot yang terlibat untuk mengalahkan masukan dari reseptor, mencegah
biseps berkontraksi meskipun terdapat rangsangan nyeri. Ketika jari tangan anda
sedang ditusuk untuk memperoleh contoh darah, reseptor nyeri dirangsang untuk
memulai refleks lucut. Karena anda harus berani dan tidak menarik tangan anda
menjauh, anda dapat secara sadar mengalahkan refleks ini dnegan mengirim PPI
melalui jalur – jalur desendens ke neuron motorik yang menyarafi biseps dan PPE
ke yang menyarafi triseps. Aktivitas di neuron – neuron eferen ini bergantung
pada jumlah aktivitas semua masukan sinaptiknya. Karena neuron-neuron yang
menyarafi biseps kini menerima lebih banyak PPI dari otak ( volunter ) dibandingkan
PPE dari jalur aferen nyeri ( refleks ), maka neuron neuron ini terhambat dan
tidak mencapai ambang. Karena itu, biseps tidak dirangsang untuk berkontraksi
dan menarik tangan. Secara bersamaan , neuron-neuron ke trispes menerima lebih
banyak PPE dari otak daripada PPI melalui lengkung refleks, sehingga neuron –
neuron tersebut mencapai ambang, menghasilkan potensial aksi, dan karenanya
merangsang triseps untuk berkontraksi. Karena itu, lengan tetap dalam keadaan
ekstensi meskipun yang bersangkutan mendapat rangsangan nyeri. Dengan cara ini,
refleks lucut telah secara sadar dikalahkan.
Refleks Regang
Hanya satu
refleks yang lebih sederahana daripada refleks lucut: refleks regang, di mana
neuron aferen yang berasal dari reseptor pendeteksi peregangan di suatu otot
rangka berakhir langsung di neuron eferen yang menyarafi otot rangka yang sama
untuk menyebabkannya berkontraksi dan melawan peregangan. Refleks regang adalah
suatu refleks monosinaps ( satu sinaps ), karena satu – satunya sinaps di
lengkung refleks adalah sinaps antara neuron aferen dan neuron eferen. Refleks
lucut dan smeua refleks lain bersifat polisinaps, karena terdapat antarneuron
terselip di jalur refleks dan, karenanya, terdapat sejumlah sinaps yang
terlibat.
Aktivitas refleks
lain
Kerja refleks
spinal tidak terbatas pada respons motorik di sisi tubuh yang mendapat
rangsangan. Misalnya seseorang menginjak bara api dan bukan menyentuh benda
panas dengan tangannya. Akan terpicu suatu lengkung refleks untuk menarik kaki
yang cedera dari rangsangan nyeri, sementara tungkai kontralateral secara
bersamaan bersiap untuk mendadak menerima semua beban tubuh sehingga yang
bersangkutan tidak kehilangan keseimbangan atau jatuh. Menekuknya lutut
ekstremitas yang cedera dilaksanakan secara simultan oleh stimulasi refleks
otot-otot yang menekuk lutut dan inhibisi otot-otot yang meluruskan lutut.
Respons ini adalah khas refleks lucut. Pada saat yang sama, ekstensi lutut
tungkai kontralateral dilaksanakan oleh pengaktifan jalur-jalur yang
mmenyebrang ke sisi kontralateral medula spinalis untuk secara refleks
merangsang otot-otot ekstensor lutut ini dan menghambat otot-otot fleksornya.
Refleks ekstensor menyilang ini memastikan bahwa tungkai kontralateral akan
berada dalam posisi siap menahan beban tubuh sewaktu tungkai yang cedera
ditarik menjauhi rangsangan.
Selain refleks
protektif ( misalnya refleks lucut ) dan refleks postur sederahan ( misalnya
refleks ekstensor menyilang ), refleks spinal dasar juga memerantarai
pengosongan organ-organ panggul ( misalnya, berkemih, buang air besar, dan
pengeluaran semen ). Semua refleks spinal dapat secara sengaja dikalahkan
paling tidak secara temporer oleh pusat – pusat yang lebih tinggi di otak.
Tidak semua
aktivitas refleks meibatkan lengkung refleks yang jelas, namun prinsip dasar
suatu refleks (yaitu, respons otomatis terhadap suatu perubahan yang terdeteksi
) tetap berlaku. Jalur-jalur untuk respons yang tidak disadari yang menyimpang
dari lengkung refleks khas terdapat dalam dua cara umum:
1.
Respons
yang sedikit banyak diperantarai oleh hormon. Suatu refleks tertentu mungkin
diperantarai hanya oleh neuron atau hormon atau mungkin melibatkan jalur yang
menggunakan keduanya.
2.
Respons
lokal yang tidak melibatkan saraf atau formon. Sebagai contoh, pembuluh darah
pada otot yang sedang aktif melebar karena perubahan metabolik lokal sehingga
aliran darah meningkat untuk mengimbangi kebutuhan metabolik otot yang aktif
tersebut.
PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS PENGERTIAN
Refleks patologik adalah refleks-refleks
yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-rang yang sehat, kecuali pada bayi dan
anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik defendif atau postural
yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan ditekan oleh akifitas susunan
piramidalis. Anak kecil umur antara 4 – 6 tahun masih belum memiliki susunan
piramidal yang sudah bermielinisasi penuh, sehingga aktifitas susunan
piramidalnya masih belum sepmpirna. Maka dari itu gerakan reflektorik yang
dinilai sebagai refleks patologik pada orang dewasa tidak selamanya patologik
jika dijumpai pada anakanak kecil, tetapi pada orang dewasa refleks
patologikselalu merupakan tanda lesi UMN. Refleks-refleks patologik itu sebagian
bersifat refleks dalam dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisialis.
Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologik itu sebagian besar adalah
sama, akan tetapi mendapatkan julukan yang bermacam-macam karena cara
membangkitkannya berbeda-beda. Adapun refleks-refleks patologik yang sering
diperiksa di dalam klinik antara lain refleks Hoffmann, refleks Tromner dan
ekstensor plantar response atau tanda Babinski.
Refleks primitif adalah gerakan
reflektorik yang bangkit secara fisiologik pada bayi dan tidak dijumpai lagi
pada anak-anak yang sudah besar. Bilamana pada orang dewasa refleks tersebut
masih dapat ditimbulkan, maka fenomena itu menandakan kemunduran fungsi susunan
saraf pusat. Adapun refleks-refleks yang menandakan proses regresi tersebut ialah
refleks menetek, snout reflex, refleks memegang (grasp refleks), refleks
glabella dan refleks palmomental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar