Minggu, 19 Juni 2016

Clinical Neurology ( Reflexes )

PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK PENGERTIAN

Segala aktifitas susunan saraf pusat yang dilihat, didengar dan direkam dan yang diperiksa adalah berwujud gerak otot. Otot-otot skeletal dan neuronneuron yang menyusun susunan neuromuskular voluntar adalah sistem yang mengurus dan sekaligus melaksanakan gerakan yang dikendalikan oleh kemauan. Sebagian besar manifestasi kelainan saraf bermanifestasi dalam gangguan gerak otot. Manifestasi obyektif inilah yang merupakan bukti nyata adanya suatu kelainan atau penyakit. DASAR TEORI Secara anatomi sistem yang menyusun pergerakan neuromuskular tersebut terdiri atas unsur saraf yang terdiri dari (1) Neuron tingkat atas atau ‘upper motor neuron (UMN)’ (2) Neuron tingkat bawah atau ‘lower motor neuron (LMN)’ dan unsur muskul/otot yang merupakan pelaksana corag gerakan yang terdiri dari (3) Alat penghubung antara saraf dan unsur otot ‘motor end plate’ dan (4) Otot. Gaya saraf yang disalurkan melalui lintasan-lintasan neuronal adalah potensial aksi, yang sejak dulu dijuluki impuls dan tidak lain berarti pesan. Dan impuls yang disampaikan tersebut menghasilkan gerak otot yang kita sebut impuls motorik. Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik ke LMN tergolong ke dalam kelompok UMN. Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik, kelompok UMN dibagi ke dalam susunan saraf pyramidal dan susunan saraf ekstrapyramidal. Sindrom upper motor neuron dijumpai jika terdapat kerusakan pada sistem saraf pyramidal dan memiliki gejala berupa lumpuh, hipertoni, hiperrefleks, dan klonus serta dapat ditemukan adanya refleks patologis. Sementara sindrom lower motor neuron didapatkan jika terdapat kerusakan pada neuron motorik, neuraksis neuron motorik (misalnya saraf spinal, pleksus, saraf perifer, myoneural junction dan otot. Gejalanya berupa lumpuh, atoni, atrofi dan arefleksia. Kelumpuhan bukanlah merupakan suatu gejala yang harus ada pada tiap gangguan gerak. Pada gangguan gerak oleh kelainan di sistem ekstrapiramidal dan serebellar, kita tidak mendapatkan kelumpuhan. Pada gangguan sistem ekstrapiramidal didapatkan gangguan pada tonus otot, gerakan otot abnormal yang tidak dapat dikendalikan, gangguan pada kelancaran otot volunteer dan gangguan gerak otot asosiatif. Gangguan pada serebelum mengakibatkan gangguan gerak berupa gangguan sikap dan tonus. Selain itu juga terjadi ataksia, dismetria, dan tremor intensi. Tiga fungsi penting dari serebelum ialah 6 keseimbangan, pengatur tonus otot, dan pengelola serta pengkoordinasi gerakan volunteer.
DASAR TEORI Refleks neurologik bergantung pada suatu lengkungan (lengkung refleks) yang terdiri atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktifasi organ efektor, serta hubungan antara kedua komponen ini. Bila lengkung ini rusak maka refleks akan hilang. Selain lengkungan tadi didapatkan pula hubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat yang lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan pada sistem piramidal, hal ini akan mengakibatkan refleks meninggi. Bila dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan sensibilitas, maka pemeriksaan refleks kurang bergantung kepada kooperasi pasien. Ia dapat dilakukan pada orang yang kesadarannya menurun, bayi, anak, orang yang rendah inteligensinya dan orang yang gelisah. Dalam sehari-hari kita biasanya memeriksa 2 macam refleks fisiologis yaitu refleks dalam dan releks superfisial. Refleks dalam (refleks regang otot) Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan, dan sebagai jawabannya maka otot berkontraksi. Refleks dalam juga dinamai refleks regang otot (muscle stretch reflex). Nama lain bagi refleks dalam ini ialah refleks tendon, refleks periosteal, refleks miotatik dan refleks fisiologis. Refleks superfisialis Refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya. Jadi bukan karena teregangnya otot seperti pada refleks dalam. Salah satu contohnya adalah refleks dinding perut superfisialis (refleks abdominal). Tingkat jawaban refleks Jawaban refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat yaitu :
- (negatif) : tidak ada refleks sama sekali
- ± : kurang jawaban, jawaban lemah 10
- + : jawaban normal
- ++ : jawaban berlebih, refleks meningkat
Refleks adalah setiap respons yang terjadi secara otomatis tanpa upaya sadar. Terdapat dua jenis refleks : (1) refleks sederhana, atau dasar, yaitu respons inheren,tanpa dipelajari, misalnya menarik tangan dari benda panas yang membakar; dan (2) refleks didapat atau terkondisi, yang terjadi karena latihan dan belajar, misalnya seorang pemain piano yang menekan tuts tertentu setelah melihat sebuah lambang nada di buku lagunya. Musisi tersebut membaca musik dan memainkannya secara otomatis, namun hanya setelah latihan yang cukup intens.
Lengkung Refleks
Jalur-jalur saraf yang terlibat dalam melaksanakan aktivitas refleks dikenal sebagai lengkung refleks ( arkus refleks ), yang biasanya mencakup lima komponen dasar:
1.        Reseptor
2.        Jalur aferen
3.        Pusat integrasi
4.        Jalur eferen
5.        Efektor
Reseptor berespons terhadap rangsangan, yaitu perubahan fisik atau kimiawi dalam lingkungan reseptor yang dapat dideteksi. Sebagai respons terhadap rangsangan tersebut, reseptor menghasilkan potensial aksi yang dipancarkan oleh jalur aferen ke pusat integrasi untuk diolah. Pusat integrasi biasanya adalah di SSP. Medula spinalis dan batang otak mengintegrasikan refleks-refleks dasar, sementara pusat-pusat yang lebih tinggi di otak memproses refleks didapat. Pusat integrasi memproses semua informasi yang tersedia baginya dari reseptor ini serta dari semua masukan lain, kemudian “mengambil keputusan” mengenai respons yang sesuai. Instruksi dari pusat integrasi ini disalurkan melalui jalur eferen ke efektor-otot atau kelenjar-kelenjar yang melaknsanakan respons yang diinginkan. Tidak seperti perilaku sadar, di mana terdapat sejumlah kemungkinan respons, respons refleks dapat diprediksi, karena jalur antara reseptor dan efektor selalu sama.


Refleks Lucut
Refleks spinal dasar adalah refleks yang diintegrasikan oleh medula spinalis; yaitu, semua komponen yang diperlukan untuk menghubungkan masukan aferen ke respon eferen yang terdapat di dalam medula spinalis. Refleks lucut dapat digunakan untuk menggambarkan suatu refleks spinal dasar. Ketika seseorang menyuruh kompor panas ( atau menerima rangsangan nyeri lainnya ) maka refleks lucut terpicu untuk menarik tangan menjauhi kompor ( menarik diri dari rangsangan nyeri ). Kulit memiliki berbagai reseptor untuk rasa hangat, dingin, sentuhan ringan, tekanan, dan nyeri. Meskipun semua informasi dikirim ke SSP melalui potensial aksi, namun SSP dapat membedakan antara berbagai rangsangan karena perbedaan reseptor dan, dengan demikian, perbedaan jalur aferen yang diaktifkan oleh rangsangan yang berbeda. Jika suatu reseptor dirangsang cukup kuat sehingga reseptor tersebut mencapai ambang, maka terbentuk potensial aksi di neuron sensorik aferen. Semakin kuat rangsangan, semakin tinggi frekuensi potensial aksi yang dihasilakn dan dikirim ke SSP. Setelah masuk ke medula spinalis, neuron eferen menyebar untuk bersinaps dengan berbagai antarneuron berikut:
1.        Neuron aferen yang tereksitasi merangsang antarneuron eksitatorik yang pada gilirannya merangsang neuron motorik eferen yang menyarafi biseps, otot di lengan yang menyebabkan fleksi (menekuk) sendi siku. Dengan berkontraksi, biseps menarik tangan menjauhi kompor panas.
2.        Neuron aferen juga merangsang antarneuron inhibitorik yang pada gilirannya menghambat neuron eferen yang menyarafi trisep untuk mencegahnya berkontraksi. Trisep adalah otot dilengan yang menyebabkan ekstensi (meluruskan) sendi siku. Ketika biseps berkontraksi untuk menekuk siku, makan akan kontraproduktif bag triseps untuk berkontraksi. Karena itu, inhibisi otot-otot yang mengantagonis (melawan) respons yang diinginkan sudah tercakup dalam refleks lucut. Koneksi neuron yang melibatkan stimulasi saraf ke suatu oto dan inhibisi saraf secara bersamaan ke otot antagonisnya ini dikenal sebagai persarafan timbal-balik.
3.        Neuron aferen juga merangsang antarneuron lain yang membawa sinyal naik melalui medula spinalis ke otak melalui jalur asendens. Hanya ketika impuls mencapai daerah sensorikk korteks barulah yang bersangkutan merasakan nyeri,lokasinya, dan jenis rangsangan. Juga, ketika impuls mencapai otak, informasi dapat disimpan sebagai ingatan, dan yang bersangkutan dapat mulai memikirkan situasi yang dihadapinya – bagaimana hal tersebut terjadi, apa yang harus dilakukan mengenai hal tersebut, dan sebagainya. Semua aktivitas di tingkat sadar ini terletak di atas dan setelah refleks dasar.

Seperti ciri semua refleks spinal, otak dapat memodifikasi reflek lucut. Impuls dapat dikirim turun melalui jalur-jalur desendens ke neuron motorik eferen menyarafi otot-otot yang terlibat untuk mengalahkan masukan dari reseptor, mencegah biseps berkontraksi meskipun terdapat rangsangan nyeri. Ketika jari tangan anda sedang ditusuk untuk memperoleh contoh darah, reseptor nyeri dirangsang untuk memulai refleks lucut. Karena anda harus berani dan tidak menarik tangan anda menjauh, anda dapat  secara sadar  mengalahkan refleks ini dnegan mengirim PPI melalui jalur – jalur desendens ke neuron motorik yang menyarafi biseps dan PPE ke yang menyarafi triseps. Aktivitas di neuron – neuron eferen ini bergantung pada jumlah aktivitas semua masukan sinaptiknya. Karena neuron-neuron yang menyarafi biseps kini menerima lebih banyak PPI dari otak ( volunter ) dibandingkan PPE dari jalur aferen nyeri ( refleks ), maka neuron neuron ini terhambat dan tidak mencapai ambang. Karena itu, biseps tidak dirangsang untuk berkontraksi dan menarik tangan. Secara bersamaan , neuron-neuron ke trispes menerima lebih banyak PPE dari otak daripada PPI melalui lengkung refleks, sehingga neuron – neuron tersebut mencapai ambang, menghasilkan potensial aksi, dan karenanya merangsang triseps untuk berkontraksi. Karena itu, lengan tetap dalam keadaan ekstensi meskipun yang bersangkutan mendapat rangsangan nyeri. Dengan cara ini, refleks lucut telah secara sadar dikalahkan.

Refleks Regang
Hanya satu refleks yang lebih sederahana daripada refleks lucut: refleks regang, di mana neuron aferen yang berasal dari reseptor pendeteksi peregangan di suatu otot rangka berakhir langsung di neuron eferen yang menyarafi otot rangka yang sama untuk menyebabkannya berkontraksi dan melawan peregangan. Refleks regang adalah suatu refleks monosinaps ( satu sinaps ), karena satu – satunya sinaps di lengkung refleks adalah sinaps antara neuron aferen dan neuron eferen. Refleks lucut dan smeua refleks lain bersifat polisinaps, karena terdapat antarneuron terselip di jalur refleks dan, karenanya, terdapat sejumlah sinaps yang terlibat.

Aktivitas refleks lain
Kerja refleks spinal tidak terbatas pada respons motorik di sisi tubuh yang mendapat rangsangan. Misalnya seseorang menginjak bara api dan bukan menyentuh benda panas dengan tangannya. Akan terpicu suatu lengkung refleks untuk menarik kaki yang cedera dari rangsangan nyeri, sementara tungkai kontralateral secara bersamaan bersiap untuk mendadak menerima semua beban tubuh sehingga yang bersangkutan tidak kehilangan keseimbangan atau jatuh. Menekuknya lutut ekstremitas yang cedera dilaksanakan secara simultan oleh stimulasi refleks otot-otot yang menekuk lutut dan inhibisi otot-otot yang meluruskan lutut. Respons ini adalah khas refleks lucut. Pada saat yang sama, ekstensi lutut tungkai kontralateral dilaksanakan oleh pengaktifan jalur-jalur yang mmenyebrang ke sisi kontralateral medula spinalis untuk secara refleks merangsang otot-otot ekstensor lutut ini dan menghambat otot-otot fleksornya. Refleks ekstensor menyilang ini memastikan bahwa tungkai kontralateral akan berada dalam posisi siap menahan beban tubuh sewaktu tungkai yang cedera ditarik menjauhi rangsangan.
Selain refleks protektif ( misalnya refleks lucut ) dan refleks postur sederahan ( misalnya refleks ekstensor menyilang ), refleks spinal dasar juga memerantarai pengosongan organ-organ panggul ( misalnya, berkemih, buang air besar, dan pengeluaran semen ). Semua refleks spinal dapat secara sengaja dikalahkan paling tidak secara temporer oleh pusat – pusat yang lebih tinggi di otak.
Tidak semua aktivitas refleks meibatkan lengkung refleks yang jelas, namun prinsip dasar suatu refleks (yaitu, respons otomatis terhadap suatu perubahan yang terdeteksi ) tetap berlaku. Jalur-jalur untuk respons yang tidak disadari yang menyimpang dari lengkung refleks khas terdapat dalam dua cara umum:
1.        Respons yang sedikit banyak diperantarai oleh hormon. Suatu refleks tertentu mungkin diperantarai hanya oleh neuron atau hormon atau mungkin melibatkan jalur yang menggunakan keduanya.
2.        Respons lokal yang tidak melibatkan saraf atau formon. Sebagai contoh, pembuluh darah pada otot yang sedang aktif melebar karena perubahan metabolik lokal sehingga aliran darah meningkat untuk mengimbangi kebutuhan metabolik otot yang aktif tersebut.






PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS PENGERTIAN

Refleks patologik adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-rang yang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik defendif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan ditekan oleh akifitas susunan piramidalis. Anak kecil umur antara 4 – 6 tahun masih belum memiliki susunan piramidal yang sudah bermielinisasi penuh, sehingga aktifitas susunan piramidalnya masih belum sepmpirna. Maka dari itu gerakan reflektorik yang dinilai sebagai refleks patologik pada orang dewasa tidak selamanya patologik jika dijumpai pada anakanak kecil, tetapi pada orang dewasa refleks patologikselalu merupakan tanda lesi UMN. Refleks-refleks patologik itu sebagian bersifat refleks dalam dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisialis. Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologik itu sebagian besar adalah sama, akan tetapi mendapatkan julukan yang bermacam-macam karena cara membangkitkannya berbeda-beda. Adapun refleks-refleks patologik yang sering diperiksa di dalam klinik antara lain refleks Hoffmann, refleks Tromner dan ekstensor plantar response atau tanda Babinski.

Refleks primitif adalah gerakan reflektorik yang bangkit secara fisiologik pada bayi dan tidak dijumpai lagi pada anak-anak yang sudah besar. Bilamana pada orang dewasa refleks tersebut masih dapat ditimbulkan, maka fenomena itu menandakan kemunduran fungsi susunan saraf pusat. Adapun refleks-refleks yang menandakan proses regresi tersebut ialah refleks menetek, snout reflex, refleks memegang (grasp refleks), refleks glabella dan refleks palmomental.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar